Cari Blog Ini

Rabu, 28 Desember 2016

Puisi Terakhir WS Rendra

Si Burung Merak
Source Picture by Google.com


-Beliau menulis puisi ini sesaat sebelum wafat-


Hidup itu seperti uap, yang sebentar saja kelihatan... lalu lenyap !
Ketika orang memuji miliku.. aku berkata bahwa ini hanya titipan saja
bahwa mobilku adalah titipan-Nya
bahwa rumahku adalah titipan-Nya
bahwa hartaku adalah titipan-Nya
bahwa putra-putriku hanyalah titipan-Nya

Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya mengapa Dia menitipkannya padaku?
untuk apa Dia menitipkan semuanya kepadaku?
Dan kalau bukan miliku, apa yang harus aku lakukan untuk milik-Nya ini?
Mengapa justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?

Malahan ketika diminta kembali,
ku sebut itu musibah
kusebut itu ujian
ku sebut itu petaka
ku sebut itu apa saja untuk melukiskan bahwa semua itu adalah derita

Ketika aku berdoa,
ku minta titipan yang cocok dengan kebutuhan duniawi
aku ingin lebih banyak harta
aku ingin lebih banyak mobil
aku ingin lebih banyak rumah
aku ingin lebih banyak popularitas

Dan... ku tolak sakit
ku tolak kemiskinan
Seolah semua derita adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya
harus berjalan seperti penyelesaian matematika dan sesuai kehendakku

Aku rajin ibadah,
maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku,
dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku

Betapa curangnya aku,
ku perlakukan Dia seolah mitra dagang ku
dan bukan kekasih !

ku minta Dia membalas perlakuan baikku
dan menolak keputusan-Nya yang tidak sesuai dengan keinginan ku


Duh... ALLAH....
Padahal setiap hari ku ucapkan hidup dan matiku hanyalah untuk-Mu ya Allah


Ampuni aku Ya ALLAH..

Mulai hari ini,
ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan,
dan menjadi bijaksana mau menuruti kehendak-Mu saja Ya ALLAH

Sebab aku yakin..
Engkau akan memberikan anugerah dalam hidupku
kehedak-Mu adalah yang terbaik bagiku

Ketika aku ingin hidup kaya...
aku lupa, bahwa hidup itu sendiri adalah sebuah kekayaan
Ketika aku berat untuk memberi...
aku lupa, bahwa semua yang aku miliki juga adalah pemberian
Ketika kau ingi jadi yang terkuat...
aku lupa, bahwa dalam keadaan lemah Dia memberikan aku kekuatan
Ketika aku takut rugi...
aku lupa, bahwa hidupku adalah sebuah keberuntungan kerana anugerah-Nya

Ternyata hidup ini sangat indah, ketika selalu bersyukur kepada-Nya

Bukan Karena hari ini Indah kita Bahagia
tetapi, karena kita bahagia, maka hari ini indah
Bukan karena tak ada rintangan kita menjadi optimis
tetapi karena kita optimis, rintangan akan menjadi tidak terasa
Bukan karena mudah kita yakin bisa
tetapi karena kita yakin bisa, semuanya menjadi mudah
Bukan karena semua baik kita tersenyum
tetapi karena kita tersenyum, maka semua menjadi baik

Tak ada hari yang menyulitkan kita,
kecuali kita sendiri yang membuat sulit

Bila kita tidak dapat menjadi jalan besar, 
cukuplah menjadi jalan setapak yang dapat dilalui orang
Bila kita tidak dapat menjadi matahari,
cukuplah menjadi lentera yang dapat menerangi sekeliling kita
Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang, 
maka berdoalah untuk kebaikan





PS:
Teruntuk diriku intropeksi diri di akhir tahun☺
Repost from bapak Prima Sudrajat (Kaka kelas ku di SMA N 4 Jakarta)

Tidak ada komentar: