ilustrasi:bersuku-suku (mohkusnarto.wordpress.com) |
Minggu kemarin di pertengahan bulan Ramadhan, berita Ibu Kota digegerkan dengan adanya vaksin palsu yang telah beredar dan digunakan oleh banyak rumah sakit besar di daerah Tangerang, Beberapa kali kabar mengenai hal ini menarik perhatian masyarakat, pasalnya selain mengenai tentang peredaran vaksin palsu yang sangat disayangkan sebagian pembeli vaksin tersebut adalah rumah sakit - rumah sakit besar yang seharusnya sudah terjamin kualitas pelayanannya terhadap pasien, berita yang beredar pun memberikan gambaran yang salah fokus terhadap tersangka penyebar vaksin palsu dengan membentuk stereotif(pandangan buruk) masyarakat terhadap satu agama yang dijadikan daya tarik untuk menonton atau membaca tayangan berita yang mereka buat.
Pembentukan daya fikir masyarakat melalui media memang bukan hal yang baru, pemanfaatan kebiasaan masyarakat Indonesia yang rata-rata lebih banyak menghabiskan waktu melihat media elektronik dan tidak sedikit yang langsung mencerna informasi tersebut tanpa cek dan ricek membuat besar peluang pembentukan cara pandang melalui media berhasil. Salah satu tujuan yang sangat jelas adalah perpecahan suku bangsa Indonesia, dengan jumlah penduduk yang banyak serta keanekaragaman budaya, ras, dan agama di sini menjadi ladang empuk pemberitaan pembentukan anggapan-anggapan miring, salah satunya dengan adanya kasus vaksin palsu kemarin. Dengan membawa-bawa perbedaan mencolok agama Islam yang sekarang sedang in.
Kutipan surat Al Hujarat di atas menyentil ingatan kita kembali, bahwa sesungguhnya perbedaan memang sudah menjadi konsep Allah menciptakan Dunia ini, berbeda suku, berbeda ras, berbeda agama. tapi perlu di ingat yang paling mulia adalah yang paling bertakwa. dimana beberapa ayat dalam Qur'an mengklasifikan seseorang yang bertakwa, yang salah satu nya adalah menjadikan Qur'an sebagai petunjuk hidupnya.
Q.S Al Baqarrah;2
"Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa"
Taqwa lah menjadi penentu baik dan buruknya kita, dimana terdapat lebih luas lagi penjelasan mengenai tata cara aturan main hidup di dunia ini yang tidak bisa dijabarkan dalam satu topik bacaan untuk menjelaskan baik-buruknya seseorang. Kesimpulannya, terima setiap perbedaan yang ada dengan tidak menjadikan pandangan-pandangan yang sudah terbentuk, seperti: "suku ini mah begini.. suku itu mah begitu... kulit putih mah begini... kulit hitam mah begitu" menjadi penilaian akhir kita tehadap sesorang. Tetap semua tergantung terhadap pribadi masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar